Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip Dasar Akuntansi

Prinsip dasar akuntansi adalah prinsip atau sifat-sifat yang mendasari akuntansi dan seluruh outputnya, termasuk laporan keuangan yang dijabarkan dari tujuan laporan keuangan, postulat akuntansi, dan konsep toeritis akuntansi, serta menjadi dasar dalam pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan.

Berikut ini adalah 9 (Sembilan) prinsip dasar akuntansi menurut APB Statement No. 4 :

Cost Principle

Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengahruskan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga perolehan (biaya historis). Menurut APB Statement No. 4, Harga Perolehan (biaya Historis) didefinisikan sebagai suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan, atau barang lain yang diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima, atau akan diterima.

Harga Perolehan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. Expired Cost, adalah pengeluaran yang telah menjadi beban (melalui penerimaan manfaat dalam periode berjalan dan beban ini akan dikurangkan atau ditandingkan langsung dengan pendapatan periode berjalan.

b. Unexpired Cost, adalah pengeluaran-pengeluaran yang belum menjadi beban dalam periode berjalan, akan tetapi ditangguhkan terlebih dahulu sebagai aktiva dan baru akan menjadi beban untuk pemakaian manfaat dalam periode akuntansi berikutnya.

Revenue Principle

Pada umumnya, Pendapatan ditafsirkan sebagai :

  1. Arus kas masuk aktiva bersih sebagai akibat penjualan barang dan jasa,
  2. Arus kas keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada pelanggan, dan
  3. Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama periode tertentu.

Perbedaan dalam penafsiran ini timbul karena adanya 2 (dua) pandangan yang berbeda mengenai apa yang termasuk pendapatan, yaitu:

Secara Luas, Pendapatan adalah seluruh perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, yang timbul dari kegiatan produksi (penjualan barang dan pemberian jasa), dan dari keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva dan hasil investasi lainnya.

Pandangan ini dianut oleh Accounting Tecnology Bulletin No. 2, yang menjelaskan definisi pendapatan sebagai berikut : “ Pendapatan berasal dari penjualan barang dan pemberian jasa, yang diukur sebesar jumlah yang dibebankan kepada langganan (klaim atas barang dan jasa), juga termasuk keuntungan dari penjualan atau pertukaran aktiva (kecuali surat berharga), hak deviden dari investasi, dan kenaikan lainnya dalam ekuitas pemilik, tidak termasuk setoran atau investasi dari pemilik.”

Seacara Sempit, Pendapatan hanya berasal dari kegiatan produksi saja, tidak termasuk keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva dan investasi. Pandangan ini membedakan istilah pendapatan dengan keuntungan. AAA pada tahun 1957 mendefinisikan laba bersih (net income) sebagai berikut : “Kelebihan pendapatan dibandingkan dengan beban, ditambah atau dikurangi dengan keuntungan atau kerugian perusahaan yang berasal dari penjualan, atau penggantian aktiva lainnya.”

Kerangka Kerja Konseptual FASB mengindentifikasikan dan criteria yang seharusnya dipertimbangkan dalam menentukan kapan pendapatan seharusnya diakui, yaitu :

  1. Telah direalisasi atau dapat direalisasi, dan
  2. Telah dihasilkan/telah terjadi.

Kedua criteria diatas umumnya terpenuhi pada saat titik penjualan, dimana pendapatan akan diakui ketika telah dikirim atau jasa yang telah diberikan ke pelanggan. Pengakuan pendapatan pada saat titik penjualan ini umumnya menyediakan pengujian yang lebih seragam, objektif dan logis.

Sebagai pengecualian dari pengakuan pendapatan yang dilakukan pada saat titik penjualan, pendapatan juga dapat diakui pada saat :

  1. Proses produksi masih berlangsung,
  2. Akhir produksi, dan
  3. Pada saat kas diterima.

Matching Principle

Untuk menentukan besarnya jumlah pendapatan dan beban secara tepat dalam periode yang tepat, terdapat 2 pilihan yang tersedia yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pencatatan oleh akuntan, yaitu :

  1. Cash Basis, merupakan Pendapatan dan Beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam periode dimana uang kas diterima (untuk pendapatan), atau uang kas keluar (untuk beban).
  2. Accrual Basis, baik pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam laopran laba rugi dalam periode dimana pendapatan dan beban tersebut terjadi, tanpa memperhatikan arus kas masuk ataupun arus kas keluar.

Dengan Accrual Basis, beban-beban yang terkait dengan penciptaan pendapatan haruslah dilaporkan dalam periode yang sama dimana pendapatan tersebut juga diakui. Konsep akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban yang terkait dalam periode yang sama dinamakan sebagai konsep Penandingan (Macthing Concept).

Objectivity Principle

Prinsip ini sesungguhnya memiliki keterkaitan langsng dengan Cost Principle (prinsip harga perolehan). Harga perolehan memiliki keunggulan dibandingkan dengan atribut pengukuran lainnya, yaitu lebih dapat dihandalkan. Secara umum, pengguna laporan keuangan lebih memilih menggunakan biaya historis karena memberikan tolak ukur yang lebih dapat dipercaya (Objektif). Harga perolehan akan memberikan angka yang sama bagi siapapun juga orangnya yang diminta untuk melaporkan harga beli dari sebuah aktiva yang sama. Objectivity dianggap sebagai suatu ukuran yang dapat diverifikasi kebenarannya (keabsahannya) berdasarkan pada bukti yang ada.

Consistency Principle

Menurut prinsip ini, transaksi dan peristiwa ekonomi yang sejenis harus dicatat dan dilaporkan dengan cara yang sama dari suatu period eke periode berikutnya.

Apabila sebuah perusahaan menerapkan perlakuan akuntansi yang sama untuk kerjadian-kejadian yang serupa dari periode ke periode, maka perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menerapkan standar akuntansinya. 

Disclosure Principle

Agar pelaporan keuangan menjadi lebih efektif dan tidak menyesatkan, seluruh informasi yang relavan seharusnya disajikan dengan cara tidak memihak, dapat dipahami, dan tepat waktu (full Disclosure principle).

Prinsip pengungkapan penuh mengindikasikan agar laporan keuangan dirancang dan disajikan sedemikian rupa (berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum)sebagai kumpulan gambaran dari transaksi dan peristiwa ekonomi yang memperngaruhi perusahaan untuk satu periode, dan berisi cukup informasi yang mudah dipahami serta tidak membuat pemakai umum maupun investor dan kreditur menjadi salah tafsir.

Conservatism Principle

Menurut prinsip ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh keugian tersebut akan langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi maka keuntungan yang belum terealisasi tidaklah akan diakui. prinsip ini menggambarkan sikap pesimis sewaktu memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Bahkan menurut FASB, prinsip konservatisme ini timbul sebagai reaksi atau sikap kehati-hatian akuntan terhadap ketidakpastian.

Materiality Principle

Materialitas berkaitan dengan dampak dari suatu item terhadap hasil operasi dan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Dalam APB Statement No. 4, secara jelas disebutkan bahwa laporan keuangan hanya berisi informasi yang dianggap cukup penting (material) dalam mempengaruhi penilaian dan keputusan. Materialitas merupakan masalah pertimbangan professional, dimana pos-pos tertentu akan dianggap material jika informasi yang terkandung didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan.

Uniformity Comparability Principle

Informasi tentang sebuah perusahaan akan menjadi lebih berguna jika dapat diperbandingkan dengan informasi serupa menyangkut perusahaan lain pada periode waktu yang sama atau dengan informasi serupa dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda. Informasi dari berbagai perusahaan dianggap memiliki daya banding jika telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai mengindentifikasikan persamaan dan perbedaan yang nyata dalam peristiwa ekonomi antar perusahaan.

Komparabilitas data akuntansi untuk perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda memerlukan konsistensi. Komparabilitas mengharuskan peristiwa yang sama diperlakukan dengan cara yang sama dalam laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda pada periode waktu yang sama (memerlukan keseragaman metode) dan untuk perusahaan tertentu/perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda (memerlukan konsistensi).